IN my mailing list with 94 generations of SMA Negeri Karanganyar (SMA is Sekolah Menengah Atas = Senior High School) we talked about how the ‘child song” can effect the need for achievement. It is similar with David McClelland’s trial to make connection between the ‘before sleeping’ stories and need for achievement. This is the letter in Bahasa at last February 2008
Need for achievement was defined by David McClleland as a motivation to excel in attaining goals in competitive settings through hard work, self-challenging, and persistence. Entrepreneurs may have an image of high-achievers, yet studies show that entrepreneurs do not stand out significantly in terms of their need for achievement. Non-entrepreneurs can be equally achievement-seekers at times and entrepreneurs may not exhibit a stable high need for achievement. A recent meta-analysis of the relationship of achievement motivations to entrepreneurial behavior nonetheless finds a positive correlation between the former and the choice of an entrepreneurial career and entrepreneurial performance. In McClelland’s theory of individual motivations, the need for achievement is one of three dominant motivations, together with a need for power and need for affiliation. McClelland further argued for an achievement orientation—a societal-level stance that endorses individual achievement, striving for improvement and excellence in performance. See generally, DAVID C. MCCLELLAND, THE ACHIEVING SOCIETY (1961). In these email above, we discuss about the Indonesian Child’s Song, and Java’s Song. halaman depan
IN my mailing list with 94 generations of SMA Negeri Karanganyar (SMA is Sekolah Menengah Atas = Senior High School) we talked about how the ‘child song” can effect the need for achievement. It is similar with David McClelland’s trial to make connection between the ‘before sleeping’ stories and need for achievement. This is the letter in Bahasa at last February 2008
Need for achievement was defined by David McClleland as a motivation to excel in attaining goals in competitive settings through hard work, self-challenging, and persistence. Entrepreneurs may have an image of high-achievers, yet studies show that entrepreneurs do not stand out significantly in terms of their need for achievement. Non-entrepreneurs can be equally achievement-seekers at times and entrepreneurs may not exhibit a stable high need for achievement. A recent meta-analysis of the relationship of achievement motivations to entrepreneurial behavior nonetheless finds a positive correlation between the former and the choice of an entrepreneurial career and entrepreneurial performance. In McClelland’s theory of individual motivations, the need for achievement is one of three dominant motivations, together with a need for power and need for affiliation. McClelland further argued for an achievement orientation—a societal-level stance that endorses individual achievement, striving for improvement and excellence in performance. See generally, DAVID C. MCCLELLAND, THE ACHIEVING SOCIETY (1961). In these email above, we discuss about the Indonesian Child’s Song, and Java’s Song.
halaman belakang

---
On Tue, 19 Feb 2008 08:57:53 -0000 "kang_aan" wrote:
Lagu "Nenek Moyangku Orang Pelaut"... aku dadi kelingan lagu-lagu lainnya. Tepatnya lagu anak-anak lainnya. Kalau di diktat manajemen disebutkan seorang peneliti bernama David McClelland yang pernah mengamati bagaimana dongeng anak-anak itu berpengaruh pada semangat hidup kelak dewasa. Mungkinkah bisa dihubungkan antara lagu anak-anak dengan semangat need for achievement gitu Ros? Baik mari kita hubung-hubungkan. Lagu "Nenek Moyangku" sebenarnya sangat bagus, tetapi kenyataannya matra berbangsa dan bernegara kita masih sangat amat 'daratan' sekali. Buktinya ... Orde Baru mewariskan yang namanya jabatan Panglima Abri (TNI now) dikuasai angkatan darat. Thanks God we have Gus Dur, yang akhirnya mengangkat Panglima Tni dari angkatan laut (AL atau AU ya kalau gak salah). Lagu kedua adalah lagu anak "Balonku" mengapa jumlah balonnya ada empat dibilang lima? Warna: 1. Hijau 2. Kuning kelabu 3. Merah muda 4. Biru. Apakah kelabu itu warna tersendiri? Kalau Abu-abu sih ada... Kelabu? Gak janji deh. Lagu ketiga adalah lagu "Naek Kereta Api" itu apakah mengajarkan mbonceng gratisan? Simak saja teksnya "Siapa hendak turut... Ke mbandung surabaya... Bolehlah naek dengan percuma". Makanya terus numpak KA pada gelantungan di atas gerbong -mungkin mempraktikkan lagu tersebut. Teksnya terakhirnya berbunyi "..ayo kawanku lekas naik... keretaku tak berhenti lama". Awas lagunya sedikit bohong, kereta di Indonesia itu kalau berhenti padha lama-lama, gak nyampe-nyampe tujuan. Lagu keempat adalah "Bangun Tidur". Masak habis bangun tidur "... kuterus mandi tidak lupa menggosok gigi". Dunia kesehatan menyebut bahwa paling bagus adalah B-A-B pagipagi. Bangun tidur kok terus mandi ama tidak lupa gosok gigi, apakah lupa kalau lepas baju dulu, pakek sendal masuk ke kamar kecil, jangan lupa keramas. Terakhirnya adalah "...habis mandi kutolong Ibu, membersihkan tempat tidurku...". Membersihkan t4 tidur itu sehabis bangun tidur, jangan ditunda-tunda. Kemudian membersihkan t4 tidur apakah tugas Ibu doang? Kemana sang ayah (-> gender perspective) .Lagu kelima adalah lupa judul, tapi sebulan y.l.l Mertuaku membelikan vcd lagu buat anak kami, tentang "Tangga Nada". Ada bahaya memplesetkan tangga nada lho, katanya gini "DO dari kata sado, RE hari telah sore, MI biasa dengan baso, FA dengar suara tifa, SOL sama dengan sombong, LA alunan biola, SI dari sisi nada, mari kembali ke DO..".... Bagaimana pendapat kang Karjo? Ibu Ita Rosana Triyanto? Mohon konfirmasi


---
Karjo E answered ::
aku dik cilik hampir tidak kenal lagu anak-anak maklum aku ra pernah sekolah TK Kalau di suruh nyanyi, biasane aku nyanyi lagu pitik walik jambul Pitik walik jambul sega golong mambu enthong mangga sami kundur weteng kulo sampun kothong enake.... sega liwet campur terong -teronge bunder bunder -bocah sregep mesti pinter -teronge ijo ijo -bocah keset mesti bodho kurang lebih begitu lah liriknya, lagu itu yang ku hapal waktu itu. Tapi lagu itu cukup membekas juga dalam benak saya 'Supaya pinter harus rajin, kalau tidak rajin nanti bodoh' pilihannya rajin atau keset "rajin" waktu itu dimaknai dengan mengisi waktu untuk melakukan rutinitas pokok atau melakukan sesuatu yang mendukung aktifitas pokok. misalnya SEORANG PELAJAR, kalau sepanjang waktu tak pernah absen kemudian sepanjang hari belajar terus menerus, kemana-mana bawa buku.. ini dibilang rajin

Dampak dari pemahaman ini adalah sang pelajar tidak sempat keluar melihat alam nyata di sekelilingnya. Dalam benaknya hanya berkutat bahwa tugas pokok seorang pelajar adalah belajar, dapat nilai bagus, rangking 10 besar. Pinter secara akademik. Namun karena tidak bergaul dengan lingkungan menyebabkan kurang peka terhadap kondisi sekitar. Cenderung kuper. akhirnya bodoh secara sosial. Mungkin saya termasuk korban dan pelaku dalam kasus ini.

Ada lagi nilai yang ditanamkan waktu sekolah, yang menurut saya membekas pada pribadi siswa2 dan alumni2 nya. Sewaktu SMA kita selalu di cekoki tentang informasi kesuksesan alumni2 SMA yang telah berhasil menjabat ini dan itu, sebagai karyawan ini dan itu, telah bergaji sekian dan sekian. Dampaknya motivasi yang muncul dalam diri-diri kita adalah bagaimana bisa meraih apa yang diceritakan oleh guru2 tersebut. pegawai oriented dan gaji oriented.

Rasanya tak pernah di ceritakan seorang alumni yang berhasil bisnis ini dan itu, mengembangkan sumber daya ini dan itu, profitnya sekian dan sekian. akhirnya motivasi
kesanapun juga minim. Rupanya nilai yang ditanamkan sewaktu masa pertumbuhan, sewaktu kecil begitu membekas dalam diri-diri kita, berkarat dan mendarah daging.

Barang kali itu gambaran pengaruh penanaman nilai masa lampau terhadap perkembangan kita saat ini. Mungkin psikolog lebih memahami masalah ini. Allahu alam


---
yuni andono replied:
Lagunya bagus itu Jo. Lagu-lagu anak yang basa jawa malah banyak maknanya hlo kangmas Karjo. Tahun 2004 saya sempat ngikuti ceramah Emha Ainun Nadjib, waktu itu ada peluncuran bukunya Anas Urbaningrum. Emha saat itu sedikit membahas tentang lagu Gundul-gundul Pacul. Ternyata maknanya dalam sekali. “Wakul ngglimpang segane dadi saklatar”… Apa isinya wakul or bakul? Adalah nasi (sega). Pemimpin harus mengutamakan rakyat –yang notabene pemakan nasi- di atas segalanya, karena kalau sampai ngentengake maka rakyat akan turun ke jalan. Lagu lain adalah Ilir-ilir. Kalau yang ini versinya sudah banyak beredar. Inget kan yang “Lir…Ilir, Lir…Ilir, Tandhure wus sumilir, tak ijo royo-royo, tak sengguh temanten anyar. Cah angon-cah angon, penekno blimbing kuwi, lunyu-lunyu penekna, kanggo mbasuh dodotira. Dodo tira…dodo tira, kumitir bedhah ing pinggir, dondomono, jlumantana… kanggo saba mengko sore, mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane… Dha surak’a surak hiyo”. Cah angon adalah sang pemuda, bisa juga pemimpin. Penekna blimbing kuwi -> titilah pohon belimbing secara hati-hati. Buah belimbing adalah buah bersegi lima, yang merupakan simbol dari Pancasila. Bagi Umat Islam, 5 adalah lima rukun Islam dan sholat lima waktu. Dodot (s)ira, dodot (s)ira kumitir bedah ing pingggir: Kain dodotmu, kain dodotmu, telah rusak dan robek. Bila orang meninggalkan agama maka kemerosotan moral terjadi sehingga berkehidupan digambarkan seperti pakaian yang telah rusak dan robek.

Dondomana, jlumatana, kanggo seba mengko sore: Jahitlah, tisiklah untuk menghadap (Rajamu/ Sang Gusti) entar sore. Seba artinya menghadap orang yang berkuasa (raja/gusti), oleh karena itu disebut 'paseban' yaitu tempat menghadap raja. Di sini Sunan Kalijaga memerintahkan agar orang Jawa memperbaiki kehidupan beragamanya yang telah rusak tadi dengan cara menjalankan ajaran agama Islam secara benar, untuk bekal menghadap Allah SWT di hari nanti.

Kalau pak Gunawan, menceritakan bagaimana hikmah lagu Sluku-sluku Bathok: “Sluku-aluku bathok, bathoke ela-elo, Sri Romo menyang Solo, leh-olehe payung mutha, takjentiiitttt lololobah, wong mati ora obah, yen obah medeni bocah, yen urip goleka dhuwit”. Kalimat terakhir: kalau hidup maka carilah uang. Saya masih nyari makna lagu Cublak-cublak Suweng. Konon lagu itu juga dipopulerkan oleh para Walisongo. Kalau ada yang tahu mungkin. Semoga bermanfaat.
--
Roseanne wrote on 25th February 2008:
Begini, pada dasarnya bikin lagu anak memang harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif mereka yang masih sensori motor atau operasional konkrit. gak seperti kita-kita yang udah di tahap operasional formal. Ngerti yang abstrak-abstrak. So, ya gimana caranya dengan lagu memancing anak untuk mengembangkan kemampuan bahasa dan motoriknya. dengan lagu, mengembangkan daya ingat anak. Nah, tugas ortu atau guru untuk menjelaskan ke anak atau mendiskusikan ke anak isi lagu tersebut. Misal boleh gak naik kereta gratisan???Aku waktu kecil juga gak paham lagu Ilir-ilir, Gundul-gundul pacul, Pitik walik sobo kebon, dll. Ya karena guru or ortu yang ngajari lagu tersebut gak pernah ngasih tahu maknanya. Coba waktu itu dijelasin mungkin gak sekedar hafal saja tapi juga lebih bisa memahami dan menjiwai. Mungkin bagi para pencipta lagu gimana bikin anak yang penting hepi aja bisa apal lagu en bisa narinari,loncat, and teriak-teriak. ...kalau anak hepi, gampang masukin banyak hal antara lain pengembangan need for achievement tadi



Copyright 2008| Blogger Templates by Blogcrowds